Geliat wisata, khususnya di Kampung-kampung Tematik di Kota Malang perlahan memperlihatkan kembali denyut nadinya setelah lama dirundung pandemi Corona. Meski beberapa rangkaian acara dihelat dengan protokol kesehatan Covid-19, Seperti yang terjadi di Jl. Semeru Gg 1 Kampung Heritage Kajoetangan, digelar Parade Jajanan Lawas Kampung Heritage Kajoetangan. Sabtu, (31/10/2020).
Warga Kampung Heritage Kajoetangan bangkit dan mencoba memulai adaptasi dalam kehidupan baru. Salah satunya lewat Parade Jajanan Lawas. Sekaligus mengenalkan kembali, aneka makanan dan minuman seperti cenil, getas, klepon dan nagasari, yang mendominasi kegiatan ini. Tetapi juga ada aneka minuman tradisional yang disajikan warga. Seperti wedhang sechang, wedhang uwuh dan aneka jamu-jamuan.
Parade ini sangat simple. Jajanan itu diarak keliling kampung. Mulai dari panggung – pasrom RT 11 – jembatan arah tangga seribu – susur sungai – dan kembali ke meja masing-masing, sambil diiringi rebana dan sholawat nabi. Lalu diberi penilaian dan penghargaan terbaik. Nilainya dari sisi bahan baku, penyajian termasuk rasa.
Camat Klojen Heru Mulyono, S.IP, MT dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada warga kampung Kayutangan yang bisa menerapkan protokol kesehatan adal acara ini. Serta untuk terus mengangkat potensi lokal dalam pemajuan kebudayaan. Terpenting lagi, mereka juga diharapkan untuk bisamemutus mata rantai coronavirus. Lewat makanan dan minuman, yang bisa meningkatkan imun tubuh.
Lebih lanjut Heru Mulyono berpesan selama masa pandemi Covid-19 di mohon warga Kampung Heritage Kajoetangan diharapkan terus menerapkan 3M. Memakai masker, mencuci tangan dengan sabun di air mengalir dan menjaga jarak serta hindari kerumuhan.
Dia juga berharap kegiatan Parade Jajanan Lawas Kampung Heritage Kajoetangan sekaligus bisa dijadikan sosialisasi penerapan protokol kesehatan.
Koordinator Acara Parade Jajanan Lawas Mila Kurniawati menyampaikan ‘’Kami ingin menjadikan jajanan lawas sebagai ikon Kampung Heritage Kajoetangan. Selama ini masih belum ada yang menjadi oleh-oleh khas dari sini. Namun kita akan gali lagi lebih banyak potensi dari sini. Apalagi rempah-rempah yang jadi bahan dasar, sangat berguna untuk meningkatkan imunitas,’’ ujarnya.
Sementara itu, Ketua Forkom Pokdarwis Kota Malang Ki Demang menyampaikan ikut membawa tumpeng berisi polopendem yang diarak keliling kampung.
‘’Jajanan lawas yang berupa makanan dan minuman tradisional, merupakan salah satu pengetahunan tradisional. Harus di lestarikan. Jangan sampai hilang terganti oleh makanan modern. Harus dikenalkan kepada anak anak kita,’’ imbuhnya.
Makanan tradisional dari hasil bumi, dengan teknik pengolahan yang tradisional, merupakan objek kebudayaan yang dilindungi undang-undang. Karenanya perlu di gali ragam macam bentuk dan nama makanan minumannya. Serta bagaimana sajian dan kemasannya.
‘’Sehingga tetap menarik bagi wisatawan di Kota Malang dan menjadi oleh oleh khas Malang dari Kampung Heritage Kajoetangan,’’ ungkap pria dengan nama asli Isa Wahyudi ini.